Saat ini memang banyak bangunan dengan arsitektur awal di jalan Braga sudah malih rupa menjadi bangunan berdesain bestow. Atau tertutup dengan papan reklame besar yang menutupi bentuk bangunan aslinya. Namun di beberapa toko atau bangunan masih tersisa wajah-wajah lama yang antik dan khas. Adapun jalan Braga dengan batu persegi yang sempat dipasang oleh pemerintah kota Bandung, yang pada awalnya mungkin dipasang untuk memperbaiki kembali citra jalan Braga sebagai jalan yang cantik dan elite, saat ini sudah banyak mengalami kerusakan dan pecah-pecah, namun tidak segera mendapat perawatan segera. Sangat disayangkan sebenarnya.
Dari buku Wajah Bandoeng Rhythm Doeloe karya Haryoto Kunto, jaman dahulu di Jalan Braga yang sempat dijuluki sebagai “de meest Europessche winkelstraat van Indie” atau komplek pertokoan Eropa yang barrier terkemuka di Hindia, ada sebuah gedung serba guna bernama Societeit Concordia (sekarang Gedung Merdeka) yang terletak di ujung jalan Braga. Gedung ini teramat ekslusif sehingga anggotanya terbatas orang Eropa saja atau orang non Eropa yang sudah mendapat “persamaan” atau para pemuka masyarakat atau “orang gedean” di jaman itu. Saking ekslusifnya bahkan orang Belanda bila berpangkat rendah tidak dapat berleha disana.
Sampai tahun 80-an, saya ingat jalan Braga masih dikenal sebagai tempat belanja ekslusif. Saat itu yang namanya shopping precinct belum ada di kota Bandung. Departement Pile yang baru dibangun adalah Palaguna, yang sekarang sudah jadi bangunan tua bobrok, yangsaat ini terlihat baru akan direnovasi setelah sekian lama terbengkalai dan mengalami “pengumuhisasian” yang parah. Saat itu hanya untuk membeli es krim saja di jalan Braga di salah lebih satu restoran disana perlu memikirkan baik-baik, karena kudu merogoh saku lebih dalam. Demikian juga dengan berbelanja perhiasan, pakaian atau perabot rumah tangga. Berbelanja di jalan Braga sempat menjadi ‘trade mark’ untuk kaum papan atas di kota Bandung sebagai tempat belanja ekslusif. Berbeda kelasnya bila membeli mebel di jalan Braga dibandingkan dengan membeli dari Jamika atau Kosambi misalnya. Mungkin kalau mau iseng mencari persamaan, dulu jalan Braga diibaratkan By road of Condotti di Roma, Italia
Braga saat ini sudah lain dengan Braga dulu yang terkenal karena tempat pertokoan elite-nya. Saat ini Braga sudah tidak ekslusif milik kocek kaum elit, shopping precinct-shopping precinct besar sudah menyingkirkan jalan Braga dan toko-toko keren disana menjadi jalan yang mirip dengan kunjungan ke museum, untuk melihat sepotong peninggalam masa lalu. Tapi buat saya, jalan Braga tetap indah, tetap klasik, tetap romantis. Tetap layak dilestarikan sebagai jalan bersejarah. Sayang sekali bila wajah kota sisa jaman dulu harus digerus dengan modernisasi yang menghilangkan keindahan bangunan lama disana. Biarlah wilayah kota dengan pertokoan dan bergedung tua yang sebetulnya tak berapa luas ini menjadi obyek wisata yang menarik orang datang untuk mengagumi keantikan dan keanggunannya.
sumber hidangan interior. dok pribadi
http://cerita1.com/tag/braga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar